HIV/AIDS
1.
Pengertian
AIDS adalah penyakit yang
ditimbulkan oleh virus HIV. Penyakit ini menyerang kekebalan tubuh manusia
sedikit demi sedikit. Sel darah putih yang dimakan oleh virus ini , semakin
lama demakin habis , dan kekebalan tubuh manusia yang mengidap penyakit ini pun
semakin lama semakin tipis dan akhirnya tidak ada.
AIDS menyerang sel darah putih
yang berfungsi sebagai pembunuh virus yang masuk melalui makanan yang kita
makan, sehingga sel darah putih semakin berkurang karena termakan oleh virus
HIV ini. Didalam tubuh manusia terdapat sebuah sistem yang menjaga kekebalan
tubuh manusia, sistem inilah yang diserang oleh Virus HIV. Berdasarkan
penelitian, Virus HIV menyerang hampir 75% orang yang sering melakukan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan, sedangkan sisanya menyerang orang yang
suka menggunakan jarum suntik dan menggunakan tindikan di badannya.
2.
Penyebab
AIDS merupakan
bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem
kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel
T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara
langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar
sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga
jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka
kekebalan di tingkat sel akan
hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan
berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV
awal, dan akhirnya AIDS yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di
dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
Tanpa terapi
antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah
sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS
hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini
pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun.
Banyak faktor yang memengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk
bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang
terinfeksi. Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada
orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit
yang pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi
lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat
mempercepat perkembangan penyakit ini. Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan
peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa varian
HIV. HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang
berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang
berbeda-beda pula. Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang
rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita
bertahan hidup.
3. Penularan
seksual
Penularan
(transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan
vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual
reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif
tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih besar daripada risiko
hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena
HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif. Kekerasan
seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya
tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang
memudahkan transmisi HIV.
Penyakit menular
seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat
menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin,
dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofaga) pada semen dan sekresi vaginal. Penelitian
epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara menunjukkan bahwa terdapat sekitar
empat kali lebih besar risiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin
seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Resiko tersebut juga meningkat secara
nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual seperti kencing nanah, infeksi chlamydia, dan trikomoniasis yang menyebabkan pengumpulan lokal
limfosit dan makrofaga.
Transmisi HIV
bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan
pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada
berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antarorang. Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu
berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap
10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan
laju transmisi HIV. Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena
perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang
lebih besar terhadap penyakit seksual. Orang yang terinfeksi dengan HIV
masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang lebih mematikan.
4.
Penyakit yang disebabkan oleh Virus HIV
Berbagai
penyakit bisa saja hinggap ditubuh pasien yang mengidap virus HIV, karena orang
yang mengidap AIDS sistem kekebalan tubuhnya telah berkurang sehingga penyakit
apapun walaupun itu penyakit yang dianggap ringan pun bisa menjadi penyakit
yang sangat berat. Contohnya saja influenza, penyakit ini biasa menyerang orang
dengan tingkat penyerangan yang rendah, tetapi bisa saja menjadi penyakit yang
sangat ganas jika sistem kekebalan tubuh kita telah dilenyapkan oleh virus HIV.
5.
Penanganan
Sampai saat
ini tidak ada vaksin atau
obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk
pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan virus atau, jika gagal,
perawatan antiretrovirus secara langsung setelah kontak dengan virus secara
signifikan, disebut post-exposure
prophylaxis (PEP). PEP memiliki jadwal empat minggu
takaran yang menuntut banyak waktu. PEP juga memiliki efek samping yang tidak
menyenangkan seperti diare, tidak enak badan, mual, dan lelah.
6. Terapi
antivirus
Penanganan
infeksi HIV terkini adalah terapi
antiretrovirus yang sangat aktif (highly active antiretroviral therapy,
disingkat HAART). Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orang-orang yang
terinfeksi HIV sejak tahun 1996, yaitu
setelah ditemukannya HAART yang menggunakan protease
inhibitor. Pilihan terbaik HAART saat ini, berupa kombinasi
dari setidaknya tiga obat (disebut "koktail) yang terdiri dari paling
sedikit dua macam (atau "kelas") bahan antiretrovirus. Kombinasi yang umum digunakan adalahnucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor (atau
NRTI) dengan protease
inhibitor, atau dengan non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI).
Karena
penyakit HIV lebih cepat perkembangannya pada anak-anak daripada pada orang
dewasa, maka rekomendasi perawatannya pun lebih agresif untuk anak-anak
daripada untuk orang dewasa. Di negara-negara berkembang yang menyediakan
perawatan HAART, seorang dokter akan mempertimbangkan kuantitas beban virus, kecepatan
berkurangnya CD4, serta kesiapan mental pasien, saat memilih waktu memulai
perawatan awal.
Perawatan
HAART memungkinkan stabilnya gejala dan viremia (banyaknya jumlah virus dalam
darah) pada pasien, tetapi ia tidak menyembuhkannya dari HIV ataupun
menghilangkan gejalanya. HIV-1 dalam tingkat yang tinggi sering resisten
terhadap HAART dan gejalanya kembali setelah perawatan dihentikan. Lagi
pula, dibutuhkan waktu lebih dari seumur hidup seseorang untuk membersihkan
infeksi HIV dengan menggunakan HAART.
Meskipun
demikian, banyak pengidap HIV mengalami perbaikan yang hebat pada kesehatan
umum dan kualitas hidup mereka, sehingga terjadi adanya penurunan drastis atas
tingkat kesakitan (morbiditas) dan tingkat kematian (mortalitas) karena HIV. Tanpa perawatan HAART, berubahnya
infeksi HIV menjadi AIDS terjadi dengan kecepatan rata-rata (median) antara
sembilan sampai sepuluh tahun, dan selanjutnya waktu bertahan setelah
terjangkit AIDS hanyalah 9.2 bulan. Penerapan HAART dianggap meningkatkan
waktu bertahan pasien selama 4 sampai 12 tahun. Bagi beberapa pasien
lainnya, yang jumlahnya mungkin lebih dari lima puluh persen, perawatan HAART
memberikan hasil jauh dari optimal.
Hal ini karena
adanya efek samping/dampak pengobatan tidak bisa ditolerir, terapi
antiretrovirus sebelumnya yang tidak efektif, dan infeksi HIV tertentu yang
resisten obat. Ketidaktaatan dan ketidakteraturan dalam menerapkan terapi
antiretrovirus adalah alasan utama mengapa kebanyakan individu gagal memperoleh
manfaat dari penerapan HAART. Terdapat bermacam-macam alasan atas sikap
tidak taat dan tidak teratur untuk penerapan HAART tersebut.
Isyu-isyu
psikososial yang utama ialah kurangnya akses atas fasilitas kesehatan,
kurangnya dukungan sosial, penyakit kejiwaan, serta penyalahgunaan obat.
Perawatan HAART juga kompleks, karena adanya beragam kombinasi jumlah pil,
frekuensi dosis, pembatasan makan, dan lain-lain yang harus dijalankan secara
rutin .
Berbagai efek
samping yang juga menimbulkan keengganan untuk teratur dalam penerapan HAART,
antara lain lipodistrofi, dislipidaemia, penolakan insulin, peningkatan risiko sistem
kardiovaskular, dan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.
Obat
anti-retrovirus berharga mahal, dan mayoritas individu terinfeksi di dunia
tidaklah memiliki akses terhadap pengobatan dan perawatan untuk HIV dan AIDS
tersebut.
Komentar