Artefak yang ditemukan ditatar Sunda
Terdapat jenis – jenis artefak yang berada di museum Sri Baduga,
yaitu artefak yang berbentuk tulisan di batu, fosil, patung, tulisan di kertas,
ataupun tulisan di atas daun lontar.
Artefak merupakan benda arkeologi atau peninggalan benda – benda
bersejarah yang jelas dibuat oleh tangan manusia atau jelas menampakkan
(observable) adanya jejak – jejak buatan manusia padanya, yaitu semua benda
yang dibuat atau dimodifikasi oleh manusia yang dapat dipindahkan. Contohnya
adalah alat-alat batu, logam dan tulang, gerabah, prasasti lempeng dan kertas,
senjata – senjata logam(anak panah, mata panah, dll), terracotta dan tanduk
binatang.[1]
A.
Kerajaan
Sunda
Dalam
naskah yang ditulis pada abad ke 17 – 20 baik yang ditulis dalam babad, cerita,
serat ataupun wawacan, kerajaan sunda lebih dikenal sebagai kerajaan Pajajaran
/ kerajaan Galuh dan yang menjadi tokoh sentralnya adalah Prabu Siliwangi atau
lebih dikenal sebagai Sri Baduga Maharaja.
Dalam Prasasti batu tulis disebutkan bahwa Sri Baduga Maharaja
dinobatkan 2 kali yaitu:
1.
Pertama
dengan gelar Prabu Guru Dewaprana;
2.
Sri
Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
Diantaranya terdapat prasasti dari peninggalan kerajaan Sunda /
Pajajaran :
1.
Prasasti
Kawali 1
Bukti kerajaan Galuh pernah berdiri
semasa Prabu Niskala Watukancana (Rahyang
Dewaniskala/ Ningrat Kancana) terdapat pada prasasti Kawali yang semuanya
berjumlah 6 buah dan berada di kawasan Astana Gede Kawali. Salah satu prasasti
ini berisi “Mahayunan ayuna kadatuan” yang artinya “pembangunan untuk kebahagiaan
daerah”, dan juga berisi informasi tentang pembangunan keraton Surawisesa yang
dibangun oleh Raja Niskala Watukancana.
Prasasti Kawali I selanjutnya disebut PK I berhuruf
dan berbahasa Sunda Kuno. Jumlah
tulisan 10 baris, dan tulisan ini juga digoreskan pula pada ke empat sisi batu.
Prasasti ini merupakan tanda kehadiran dan wasiat Wastu Kancana, isinya
mengenai adanya suatu pertapaan di Keraton Surawisesa, telah mendirikan parit sekeliling kota serta mendirikan desa-desa dan
mengharapkan supaya di kemudian ada yang mengerjakan kebaikan untuk kebahagiaan
yang lama di atas dunia.[2]
2.
Prasasti
Batu Tulis
Prasasti ini dibuat untuk memperingati 12 tahun meninggalnya Sri
Baduga Maharaja.
|
Prasasti Batutulis terletak di Jalan Batutulis, Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Kompleks Prasasti Batutulis memiliki luas 17 x 15 meter. Prasasti
Batutulis dianggap terletak di situs ibu kota Pajajaran dan masih in situ, yakni masih terletak di lokasi aslinya dan
menjadi nama desa lokasi situs ini. Batu Prasasti dan benda-benda lain peninggalan Kerajaan Sunda terdapat dalam komplek ini. Pada batu ini berukir kalimat-kalimat dalam bahasa dan aksara Sunda Kuno. Prasasti ini berangka tahun
1455 Saka (1533 Masehi). [3]
3.
Padrao
|
Batu peringatan setinggi 165 cm,
isinya perjanjian perdagangan. Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal atau Padrão Sunda Kelapa adalah sebuah prasasti berbentuk tugu batu (padrão) yang ditemukan pada tahun 1918 di Batavia, Hindia-Belanda. Prasasti ini menandai perjanjian Kerajaan Sunda–Kerajaan Portugal yang dibuat oleh utusan dagang
Portugis dari Malaka yang dipimpin Enrique Leme dan membawa barang-barang untuk
"Raja Samian" (maksudnya Sanghyang, yaitu Sang Hyang Surawisesa, pangeran yang menjadi pemimpin utusan raja Sunda). Padrão ini didirikan
di atas tanah yang ditunjuk sebagai tempat untuk membangun benteng dan gudang bagi
orang Portugis.[4]
4. Naskah babad Cirebon
|
Ditulis
menggunakan aksara pegon berbahasa Sunda. Menceritakan sejarah Cirebon yang
disertai dengan menguraikan silsilah raja – raja dan pemerintahannya, selain
itu menguraikan tentang Walasungsang dari kerajaan Pajajaran mengembara mencari
ilmu sampai ke Cirebon dan mendirikan pertapaan yang berkaitan dengan pembuatan
terasi yang disebut rebon.
B. Fauna
|
Pada
zaman es ( zaman Glasial), daratan Indonesia menyatu dengan benua Asia dan
Australia sehingga menyebabkan terjadinya migrasi hewan dari benua Asia maupun
dari benua Australia. Buktinya ditemukannya fosil binatang purba seperti fosil
tanduk kerbau ( ditemukan di desa Sukadami Kabupaten Bekasi), dan fosil sendi
peluru Stegodon.
C. Replika Arca Tipe Pajajaran
Berangka
Tahun 1263 saka atau 1341 Masehi, ditulis dengan aksara Jawa kuno, arca ini
penggambaran leluhur pada masa megalitik. Ditemukan di daerah Cikapundung
Bandung.
Komentar