Artefak yang ditemukan ditatar Sunda



Terdapat jenis – jenis artefak yang berada di museum Sri Baduga, yaitu artefak yang berbentuk tulisan di batu, fosil, patung, tulisan di kertas, ataupun tulisan di atas daun lontar.
Artefak merupakan benda arkeologi atau peninggalan benda – benda bersejarah yang jelas dibuat oleh tangan manusia atau jelas menampakkan (observable) adanya jejak – jejak buatan manusia padanya, yaitu semua benda yang dibuat atau dimodifikasi oleh manusia yang dapat dipindahkan. Contohnya adalah alat-alat batu, logam dan tulang, gerabah, prasasti lempeng dan kertas, senjata – senjata logam(anak panah, mata panah, dll), terracotta dan tanduk binatang.[1]
A.    Kerajaan Sunda
Dalam naskah yang ditulis pada abad ke 17 – 20 baik yang ditulis dalam babad, cerita, serat ataupun wawacan, kerajaan sunda lebih dikenal sebagai kerajaan Pajajaran / kerajaan Galuh dan yang menjadi tokoh sentralnya adalah Prabu Siliwangi atau lebih dikenal sebagai Sri Baduga Maharaja.






Raja kerajaan Galuh memerintah selama 39 tahun (1482-1521). Sri Baduga menggantikan ayahnya, Rahyang Dewaniskala/ Ningrat Kancana yang berkuasa di Galuh selama 7 tahun (1475-1482).

Dalam Prasasti batu tulis disebutkan bahwa Sri Baduga Maharaja dinobatkan 2 kali yaitu:
1.      Pertama dengan gelar Prabu Guru Dewaprana;
2.      Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
Diantaranya terdapat prasasti dari peninggalan kerajaan Sunda / Pajajaran :
1.      Prasasti Kawali 1
Bukti kerajaan Galuh pernah berdiri semasa Prabu Niskala Watukancana (Rahyang Dewaniskala/ Ningrat Kancana) terdapat pada prasasti Kawali yang semuanya berjumlah 6 buah dan berada di kawasan Astana Gede Kawali. Salah satu prasasti ini berisi “Mahayunan ayuna kadatuan” yang artinya “pembangunan untuk kebahagiaan daerah”, dan juga berisi informasi tentang pembangunan keraton Surawisesa yang dibangun oleh Raja Niskala Watukancana.




 
Prasasti Kawali I selanjutnya disebut PK I berhuruf dan berbahasa Sunda Kuno. Jumlah tulisan 10 baris, dan tulisan ini juga digoreskan pula pada ke empat sisi batu. Prasasti ini merupakan tanda kehadiran dan wasiat Wastu Kancana, isinya mengenai adanya suatu pertapaan di Keraton Surawisesa, telah mendirikan parit sekeliling kota serta mendirikan desa-desa dan mengharapkan supaya di kemudian ada yang mengerjakan kebaikan untuk kebahagiaan yang lama di atas dunia.[2]
2.      Prasasti Batu Tulis
Prasasti ini dibuat untuk memperingati 12 tahun meninggalnya Sri Baduga Maharaja.



Prasasti Batutulis terletak di Jalan Batutulis, Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Kompleks Prasasti Batutulis memiliki luas 17 x 15 meter. Prasasti Batutulis dianggap terletak di situs ibu kota Pajajaran dan masih in situ, yakni masih terletak di lokasi aslinya dan menjadi nama desa lokasi situs ini. Batu Prasasti dan benda-benda lain peninggalan Kerajaan Sunda terdapat dalam komplek ini. Pada batu ini berukir kalimat-kalimat dalam bahasa dan aksara Sunda Kuno. Prasasti ini berangka tahun 1455 Saka (1533 Masehi). [3]
3.      Padrao


Batu peringatan setinggi 165 cm, isinya perjanjian perdagangan. Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal atau Padrão Sunda Kelapa adalah sebuah prasasti berbentuk tugu batu (padrão) yang ditemukan pada tahun 1918 di Batavia, Hindia-Belanda. Prasasti ini menandai perjanjian Kerajaan SundaKerajaan Portugal yang dibuat oleh utusan dagang Portugis dari Malaka yang dipimpin Enrique Leme dan membawa barang-barang untuk "Raja Samian" (maksudnya Sanghyang, yaitu Sang Hyang Surawisesa, pangeran yang menjadi pemimpin utusan raja Sunda). Padrão ini didirikan di atas tanah yang ditunjuk sebagai tempat untuk membangun benteng dan gudang bagi orang Portugis.[4]

4.      Naskah babad Cirebon



Ditulis menggunakan aksara pegon berbahasa Sunda. Menceritakan sejarah Cirebon yang disertai dengan menguraikan silsilah raja – raja dan pemerintahannya, selain itu menguraikan tentang Walasungsang dari kerajaan Pajajaran mengembara mencari ilmu sampai ke Cirebon dan mendirikan pertapaan yang berkaitan dengan pembuatan terasi yang disebut rebon.
B.     Fauna



           Pada zaman es ( zaman Glasial), daratan Indonesia menyatu dengan benua Asia dan Australia sehingga menyebabkan terjadinya migrasi hewan dari benua Asia maupun dari benua Australia. Buktinya ditemukannya fosil binatang purba seperti fosil tanduk kerbau ( ditemukan di desa Sukadami Kabupaten Bekasi), dan fosil sendi peluru Stegodon.
C.     Replika Arca Tipe Pajajaran

Berangka Tahun 1263 saka atau 1341 Masehi, ditulis dengan aksara Jawa kuno, arca ini penggambaran leluhur pada masa megalitik. Ditemukan di daerah Cikapundung Bandung.

 


[1] http://id.m.wikipedia.org/wiki/artefak
[2] http://wwwpedulimuseum.blogspot.com/2012/11/prasasti-kawali.html
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Prasastibatutulis.jpg
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Padrao_sunda_kelapa.jpg

Komentar

Postingan Populer