BILA CINTA TIDAK MENCINTAI NAMUN DIPAKSAKAN
Berawal saat mata indah itu memandang
dengan tatapan tajam, belum ada perasaan yang lebih. Kala itu, September 2015
saat aku pertama kali bertemu dengan kedua bola mata yang bulat namun tajam
memandang. Saat itu ia sedang asyik bermain peran sebagai sosok yang dikagumi
oleh setiap orang, tak ada yang istimewa saat itu hanya ada seorang perempuan
berbaju lusuh dengan celana trening yang panjang. Ia berteater layaknya seorang
aktris profesional, peran yang ia mainkan begitu pas dengan kepribadiannya,
dengan keanggunan layaknya seorang putri. Awalnya aku hanya mengaguminya
sebagai sosok seorang putri. Namun, begitu ia mengajakku berbicara, aku tahu
lebih banyak lagi tentang dia. Bagaimana aku tidak terhanyut, jika suaranya begitu
menusuk bagai panah srikandi yang menembus dada bhisma. Aku begitu luluh ketika
kata – kata itu keluar dari mulutnya yang manis, dengan senyuman ia berkata
seolah mengajak hati tuk mengenal lebih jauh. Aku tertegun ketika hendak
membalas pertanyaan yang keluar dari mulut sang putri, akhirnyapun aku tak bisa
berkata kata.
Masih september 2015, hari itu kedua
kalinya aku bertemu dengan nya, masih belum tumbuh rasa sayang dalam hati yang
tandus. Seperti biasa aku datang dan menghampiri orang orang untuk sekedar
menyapa. Namun, hari itu aku tak melihatnya, aku kira ia sedang tidak enak
badan atau apalah. Aku tak berani bertanya kemana ia pergi, yang akhirnya
pertanyaan itu masih tersimpan dalam benakku hingga saat ini. setelah hari itu
aku tidak bertemu lagi dengannya, benih kasih sayang yang ia tanam dalam hati
yang tandus, kini telah mati dan kering. Aku tidak heran bila itu terjadi
karena mungkin ia tidak akan pernah menyirami benih itu walau kita sering
bertemu. Ku jalani hari hari tanpa kedua bola mata yang bulat itu, sampai akhir
sebuah perjalanan saat aku putus asa, ia pun datang.
Kedatangannya begitu menghentak bumi dan
langit bagai gada yang dilemparkan bima saat perang barathayuda. Benih kasih
sayang yang dulu sempat mati dan kering, entah kenapa kini tumbuh dengan subur.
Hari hari setelah hari itu aku lalui dengan kesenangan. Tak ada hujan yang
menghampiri hati, hanya musim semi sepanjang hari.
Oktober 2015 saat persiapan mulai
dimantapkan, benih kasih sayang itu tumbuh semakin menjadi, hampir muncul
kuncup bunga yang siap merekah namun terhalang oleh sesuatu. Ia masih menjadi
sosok yang aku kagumi, bukan hanya karena peran yang ia mainkan, melainkan
karena hati dan kepandaiannya yang seimbang membuat setiap orang yang berada
didekatnya merasa nyaman. Aku masih belum begitu mengenalnya lebih jauh karena
obrolan kami hanya sebatas naskah yang direka sang sutradara. Aku sungguh ingin
mengenalnya lebih jauh namun begitu terhentaknya hati ini, ketika mendengar
seseorang berteriak lembut dalam hatinya. Alangkah terkejut ketika mengetahui
ternyata sudah ada seseorang yang menghuni hati yang begitu indah itu. Lalu seketika
kuncup yang mulai merekah ini layu dan terjatuh dengan diiringi teriakan
kekesalan didalam hati. Air mata tak sanggup tuk menampakkan wujudnya seolah
malu dengan sang maha cinta. Namun, hati memang sebuah ladang yang subur,
ketika sekuntum bunga layu, tapi benihnya masih tertancap dalam, suatu saat
pasti kan tumbuh kembali. Dan itu terbukti saat november 2015.
Ketika sang fajar belum menampakkan
wujudnya, dan mata belum lelah memandang secarik naskah. Aku masih teringat
ketika ia membacakan salah satu dialog yang sangat menyentuh dan mewakili
perasaanku “bila cinta tidak mencintai namun dipaksakan”. Kalimat itu begitu
terngiang dalam sanubari, seakan mengatakan “sadarlah..!! dia bukan milikmu!”. Aku
masih bisa mencintainya dalam senyap, aku masih bisa menyayanginya dalam
keheningan malam yang dingin menusuk tulang. Walaupun cinta yang tak
terbalaskan bagai ombak yang berusaha menghampiri pantai namun terhalang oleh
karang.
Ketika persiapan sudah mulai matang,
kami pun berangkat dari bandung menuju surabaya untuk sebuah pertunjukan
teater. Aku sangat senang saat ia berjalan bersamaku menuju wisma tempat kami
akan tinggal. Hari pertama masih belum ada kata yang keluar dari mulutnya yang
manis. Hari kedua pun begitu, namun saat hari ketiga, Ketika ia sedang sendiri,
aku datang menghampirinya dan mulailah ada beberapa kata yang keluar dari
mulutnya yang manis itu. Aku sungguh sangat senang, kesenangan yang takkan
pernah terbayangkan sebelumnya. Bahkan kesenangan ini sangat lah berbeda saat
drupadi bertemu dengan arjuna. Benih kasih sayang itu tumbuh begitu cepat
bahkan telah memunculkan bunga yang mekar dengan indah. Pembicaraan kami tak
hanya sebatas itu, kami bertukar fikiran dan ia tak sungkan sungkan untuk
memberikan pengalamannya selama ini kepadaku. Oh.. sungguh bahagia hati ini
ketika kita sudah saling mengenal satu sama lain. Tak ingin rasanya hari itu
berlalu.
Keesokan harinya ketika matahari mulai
menampakkan wujudnya yang perkasa, ia pergi entah kemana. Hati ini sungguh
pedih ketika jauh dari sosok yang menenangkan hati. Tak sanggup rasanya bila
harus jauh dari seseorang yang merawat bunga yang tumbuh didalam hati. Ingin rasanya
setiap saat berada disampingnya, mendengarkan canda tawa, melihat senyuman
manis itu. Namun, hari itu hanya mendung yang datang menghampiri hati. Aku sangat
tidak bernafsu untuk beraktifitas, rasanya hanya ingin menunggu kepulangannya,
dan saat ia kembali, kedua bola mata yang bulat dan tajam itu seolah
menghipnotis hati agar tidak kering kerontang. Tak kusangka ternyata pengobat
hati yang pedih ini adalah kehadirannya.
Hari hari setelah itu kulalui dengan
kesenangan seolah tak terjadi apa apa. hingga suatu saat ketika sesuatu terjadi
kepadaku, ia begitu tulus membantuku. Aku sangat bahagia, rasanya ledakan bom
hiroshima dan nagasaki belum bisa mewakili kebahagiaanku saat itu. Hanya ada
aku dan dia, tak ingin kulepaskan dia walau hanya sekejap saja. Hari itu adalah
hari untuk ku, karena tak ada yang mengganggu kebahagiaanku, hanya ada sang
waktu yang berusaha memberitahuku tentang batas waktu yang ia berikan kepadaku
untuk berdua dengan nya. Sampai saat dimana waktu memisahkan aku dan dia.
Tak ada kebahagiaan jika selain
bersamanya. Dia adalah kebahagiaan, dia adalah rasa dalam kehidupan, dia adalah
hidup. Hidup ku akan lebih berarti bila berada didekatnya. Namun, semua itu
hanya mimpi, cinta ku hanya tertahan didalam hati yang tandus, sedang ia takkan
pernah tahu betapa aku mencintainya. Biarlah cinta dan kasih sayang ini
menghiasi hati yang dipenuhi luka karena merindukannya. Sampai saat ini ketika
kau sudah tak berada disampingku, aku masih bisa merasakan cinta yang menancap
bagai panah pasopati, tak mudah tuk terlepas, hanya kehangatan dari seorang
sahabat yang mampu melepaskannya dan itu pun sangat lama. Aku sadar, aku
hanyalah sebuah penitih yang kau gunakan saat kancing bajumu terlepas, namun
saat ia telah kembali akupun hilang. Masih terngiang dalam sanubari pertanyaan
saat dahulu kala ketika kau sempat menghilang “kemana”. aku mengerti sesuatu
yang salah dalam diri ini, yaitu bila cinta tidak mencintai lalu dipaksakan
akan menjadi kesakitan yang sangat sakit.
Komentar