Cerpen : Indahnya hidup di pesantren
Seperti biasanya, azis bangun pagi-pagi sekali. Karena ia jengkel dengan temannya yang suka membangunkannya tiap pagi. pagi itu jam 4 tepat ia dibangunkan oleh temannya kirman, memang kehidupan di pesantren tidak mudah dijalani bagi anak yang masih bergantung kepada orang tuannya, oleh karena azis yang sejak duduk di bangku kelas 1 SMK ini, telah terbiasa tinggal sendirian tanpa ditemani kedua orang tuanya, ia pun menjadi anak yang mandiri, tetapi yang ada dipikirannya hanyalah ibunya yang setiap hari berkerja jauh darinya. Entah apa yang sedang dilakukan ibunya. Semenjak ayahnya meninggal ketika usia azis 16 tahun, azis tak henti-hentinya terpikirkan "apa yang harus aku lakukan?" itu yang dipikirkan azis, karena keadaan keuangan keluarganya mulai merosot sejak ditinggal oleh ayahnya.
Azis kini duduk di kelas 3 SMK dan sebentar lagi ia akan menghadapi ujian nasional. Tak terbayangkan lagi betapa pusingnya ia memikirkan bagaimana ia bisa menghidupi keluarganya sendirian. Azis memang siswa yang aktif disekolahnya, dia sangat aktif dalam satu eskul kesenian, sejak SMP pun azis sangat senang terhadap yang namanya seni oleh sebab itu iapun mengikuti eskul tersebut. Keaktifannya di eskul tersebut mulai timbul sejak ia duduk di kelas 2 SMK, dan semakin hari ia pun bertambah aktif dan sampai akhirnya ia dipercayai menjadi seorang ketua pelaksana sebuah acara yang tidak bisa dibilang biasa. Pikirannya mulai terombang-ambing karena ia masih tak mampu mengendalikan masalah yang ia anggap datang bertubi-tubi tanpa henti menghampirinya. Waktu pun berlalu, dan sepertinya aman-aman saja tetapi 2 minggu sebelum acaranya dimulai ia mendapatkan masalah yang ia sendiri tidak dapat mengatasinya karena saking besarnya masalah tersebut. Bertambah pusinglah pikirannya karena harus bagaimana lagi ia menjalankan amanat yang diemban kepadanya. "Lebih baik rasanya bunuh diri itu terasa lebih enak" sempat terlintas dipikirannya kalimat seperti itu. Tetapi ketika ia belajar seperti biasanya pas pelajaran kewirausahaan ia mendapatkan banyak sekali motivasi - motivasi dari gurunya tersebut. Ia pun akhirnya menjadi lebih bersemangat kembali.
pagi itu mentari belum menampakkan cahayanya, tetapi azis harus bangun pagi-pagi sekali karena seperti biasa, ia bukanlah seorang anak yang diam di rumah orangtuanya, tetapi ia tinggal disebuah pesantren yang tentu saja setiap waktu ia harus menuntut ilmu. setelah ia bangun pagi ia langsung mengambil air wudlu lalu sholat shubuh berjama'ah seperti biasanya, kebiasaan para santri yang sulit untuk diubah adalah kebiasaan tidurnya bisa dimana saja. Bisa di tempat-tempat yang tidak terduga, setelah solat biasanya para santri berdzikir dipimpin oleh imam, yah karena sudah menjadi kebiasaan para santri akhirnya yang tadinya semua santri berdzikir bersama imam, kini yang berdzikir hanyalah imam seorang, selebihnya tertidur. Ada yang sambil duduk lah bahkan ada yang sampai sambil berbaring, masyaAllah.... Innalillahi. kebiasaan ini memang identik dengan para santri karena tak dapat dipungkiri orang yang hidup dipesantren biasanya jam tidurnya berkurang karena begitu banyaknya aktifitas yang harus para santri kerjakan setiap waktunya.
Saking sudah mendarah dagingnya budaya tidur ini, beberapa santri bahkan bisa tertidur ketika sedang mandi, teman azis yang bernama aji pernah mengalaminya. Jadi ketika azis hendak mandi ia ketuk pintu kamar mandinya "siapa didalam?" tanya azis, tak ada yang menjawab sampai azis menanyakan siapa didalam 3 kali tetapi tetap saja tidak ada yang menjawab akhirnya ia pun mengintipnya, eh ternyata aji sudah tertidur sambil memegang gayungnya sendiri, dia tidur terduduk di lantai kamar mandi, astagfirullah... Memang kebiasaan tersebut susah hilannya tetapi tak ada salahnya untuk dihilangkan sedikit demi sedikit agar tidak terjadi hal yang sama seperti itu.
Komentar